You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Logo Desa Penarukan
Logo Desa Penarukan
Penarukan

Kec. Kerambitan, Kab. TABANAN, Provinsi BALI

Selamat Datang di Sistem Informasi Desa (SID) Desa Penarukan Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan

Sejarah Desa Penarukan

Administrator 30 Juni 2023 Dibaca 218 Kali
Sejarah Desa Penarukan

Menelusuri sejarah desa (dinas) secara umum dan sejarah Desa Penarukan pada khususnya, kita tidak boleh lepas dari sejarah desa adat, sebab cikal bakal desa dinas diawali dengan system pemerintahan yang bersifat tradisional yang pada perkembangan selanjutnya menjadi desa dinas yang kita kenal sekarang.

Sebelum berkembang pemerintahan dinas di Bali sistem pemerintahan di Bali merupakan pengaruh kerajaan yang bercorak Hindu, yang berkembang pesat semenjak kedatangan Empu Kuturan ke Bali. Masa pemerintahan dua sejoli raja Dharmadayana Udayana Warmadewa dan permaisuri Gunapriyadharmapatni. Pada masa ini Empu Kuturan mengembangkan Kahyangan Tiga, desa Adat dan Tri Hita Karana sebagai landasan desa adat. desa adat di Bali mencapai puncak keemasan sejak kedatangan Dang Hyang Dwijendra atau Ida Pedanda Sakti Wau Rawuh. Beliau datang ke Bali ini pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong kurang lebih pada tahun 1489 M, lima ratus tahun setelag kedatangan Empu Kuturan ke Bali.

Bali dibawah pemerintahan Dalem Waturenggong dan Ida Pedande Sakti Wau Rawuh mencapai puncak kejayaan desa adat berkembang dengan pesat, kehidupan beragama sangat semarak, sehingga dapat kita warisi sampai saat ini pada corak desa adat kita. Perlu ditegaskan bahwa dikenalnya istilah desa adat di Bali hingga saat ini yang lebih dominan berbau agama dan budaya Hindu adalah merupakan warna dan gambaran pemerintahan jaman kerajaan Hindu pra penjajahan. Setelah pengaruh penjajah barat maka kita mengenal pemerintah desa dinas sampai saat sekarang. Ciri khas desa dinas lebih bersifat administrasi, proseduler dan birokratif. Sedangkan desa adat bersifat tradisional dan bersifat horizontal.

Tersebutlah disebelah selatan desa Kerambitan (sebelum bernama Desa Penarukan)  kira-kira tahun 1700 M di Desa Penarukan telah ada penduduk beberapa orang menempati Desa Penarukan. Konon orang pertama yang datang ke Penarukan adalah orang pekarian karena ada masalah dari Raja Dalem. Sehingga menyamar menjadi orang kebanyakan yang disebut Ralimula. Merekalah yang merintis terbentuknya sebuah desa dengan merabas kayu/hutan sehingga menjadi daerah layak dihuni dan ditanami tanaman yang bermanfaat.

Lama-kelamaan datanglah seorang tokoh ke Desa Penarukan. Tokoh ini konon merupakan warih Arya Sentong, merupakan keturunan Arya dari Majapahit tatkala Rakryan Gajah Mada menyerang pada masa Prabu Asta Sura Ratna Bumi Banten. Tokoh keturunan Arya Sentong tersebut akhirnya memasuki sebelah selatan Desa Kerambitan. Disana beliau menjumoai tempat yang sudah dirabas. Keturunan Arya Sentong yang datang tersebut akhirnya dikenal sebagai mekel desa atau pimpinan desa. Tatkala kedatangan beliau pertama kali itu, karena menjumpai rerabasan maka tempat yang didatangi tersebut diberi nama Desa “Tarukan”. Karena Tarukan artinya rerabasan atau kayu-kayu yang sudah dirabas.

Setelah kedatangan mekel Desa Penarukan yang bernama Ki Pengompean yang merupakan pimpinan desa pertama Desa Penarukan maka datanglah berturut-turut beberapa kelompok warga. Antara lain keturunan Bendesa Mas, keturunan Pasek Gelgel, keturunan Pasek Peraupan, Pasek Oulasari, keturunan Arya Gedung Arta dan Warih Ida Dang Hyang Dwijendra, dan datang menyusul warga yang lain. Itulah akhirnya menjadi penduduk Desa Penarukan sampai sekarang. Ki Pengompean akhirnya memimpin warga Desa Penarukan. Untuk merintis mendirikan Kahyangan Tiga ditempat sekarang, konon Ki Pengompean mendapat petunjuk dari seorang Brahmana. Bila mendirikan Kahyangan Tiga carilah tempat yang bercirikan tiga hal ini : jala dwarsa (sumber air yang tak putus-putusnya), tanah yang rasanya manis (tanah madu), dan tanah yang berbau harum. Akhirnya Ki Mekel desa menemukan tempat itu pada letak Kahyangan sekarang. Keturunan Ki Mekel desa akhirnya dipercayakan oleh karma desa sebagai pujari atau keturunan pemangku di Kahyangan Tiga sampai sekarang. Demikianlah sejarah nama desa Penarukan.

SEJARAH PEMERINTAHAN DESA DINAS DI PENARUKAN

Menelusuri sejarah Pemerintahan Desa Dinas di Penarukan, memang tidak mudah karena sumber rsemi tertulis tidak ada. Namun dari catatan masyarakat dari mulut kemulut dapat kita ketahui dari krronik. Dari beberapa kronik dapat kita ketahui dimulainya pemerintahan Desa Penarukan adalah sebagai berikut :

  1. Ki Pengompean Sebagai pemimpin pertama desa Penarukan. Beliau menjadi mekel Desa Penarukan kira-kira tahun 1800 M.
  1. KI Gede Jenggi :Sebagai pimpinan Desa Penarukan yang kedua adalah Ki Gede Jenggi Beliau menjadi pemekel desa kira-kira tahun 1980-1910 M.
  1. Ki Gede Made Sedek Sebagai pemekel desa yang ketiga adalah Ki Gede Made Sedek kira-kira tahun 1910-1933.
  2. I Gede Kantor Sebagai pemekel desa yang keempat adalah I Gede Kantor kira-kira tahun 1933-1947.
  3. Gusti Ketut Cakra Sebagai pemekel desa yang kelima adalah Gusti Ketut Cakra menjabat selama 13 tahun.
  4. A.A. Nyoman Dogol Pejabat bendesa sementara pada tahun 1960-1961
  5. Ida Bagus Nyoman Gopong Menjabat sebagai pemekel pada tahun 1961-1973.
  6. I Wayan Gorda Menjabat sebagai pemekel pada tahun 1973-1984.
  7. Ida Bagus Nyoman Puja Menjabat sebagai pemekel pada tahun 1984-1987.
  8. Pjs. I Gusti Putu Sujana  Menjabat sebagai pemekel pada tahun 1987-1988.
  9. I Ketut Kamiyana Menjabat sebagai pemekel pada tahun 1988-1998.
  10. Gusti Putu Sujana Menjabat sebagai pemekel pada tahun 1998-2007.
  11. I Made Arta Sedana Menjabat sebagai pemekel pada tahun 2007-2013.
  12. I Putu Rai Suteja, SH Menjabat sebagai pemekel pada tahun 2013-sekarang.
Bagikan Artikel Ini
Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image